Pendidikan pasca kemerdekaan di Mali

pembelajaran di Mali diduga selaku hak dasar orang Mali.[1] buat sepenggal besar kenangan Mali, negara memilah pembelajaran dasar jadi 2 peredaran yang menguatkan pelajar Mali mencontoh tentamen buat masuk ke pembelajaran menengah, mahal, ataupun tinggi.[2] Mali baru-baru ini menjumpai kenaikan besar dalam pendataan sekolah karna perbaikan pembelajaran. HomeSchooling Terbaik

Mali ada kenangan berjarak mengenai pembelajaran, semenjak tahun-tahun saat sebelum tahun 1960, selagi Mali posisi di dasar kontrol Prancis.[3] sesudah memperoleh otonomi, negara Mali mengerjakan banyak usaha buat memasukkan lebih banyak pembelajaran Afrika serta dua bahasa ke dalam ruang kelas.[4] melainkan itu, sesudah tahun 1990-an, selagi negara Mali beringsut dari sistem satu partai ke kerakyatan, negara menciptakan prosedur yang berpusat pada literasi serta mutu pendidikan. HomeSchooling Terbaik

Pada tahun 1960, Mali memperoleh kemandirian dari Perancis.[3] cepat sehabis kemandirian, cukup dekat sepersepuluh orang Mali yang mendusin huruf serta bersekolah.[3] sepanjang masa ini, banyak politisi Afrika Barat selaku bagbeliaun dari Rassemblement Démocratique Africain, yang yaitu regu politik yang beberapa berpusat pada pengembangan kesempatan pembelajaran serta literasi di komunitas Afrika Barat.[17] kebenarannya, Modibo Keïta, pemimpin negara mula-mula Mali, memanfaatkan aliran ini berselaras dengan filosofi sosialisnya guna memajukan sistem pembelajaran hangat pada tahun 1962.[17] Sistem ini berpusat pada perkakas Mali dengan kemampuan guna berkontribusi pada perekonomian bangsa.[17] melainkan itu, ia memberi rupa pembelajaran selaku 2 kementerian.[17] sebagai tertentu, departemen pembelajaran Dasar, anak muda serta berolahraga mengurus pembelajaran dasar sementara itu departemen pembelajaran teratas serta Menengah serta penelitian saintifik bertanggung jawab karena pembelajaran yang lebih atas dari jenjang dasar. 

Pada tahun 1980, selagi Mali diperintah di dasar kediktatoran, persentase mendusin huruf turun ke tangga serendah 13,6% guna orang berumur serta 25,6% guna orang Mali berumur 15 sampai 24 tahun.[3] akan tetapi, aktivitas kerakyatan pada 1990-an menyebabkan negeri membuat pembelajaran lebih gampang diakses dengan merendahkan anggaran pembelajaran serta menambah penciptaan sekolah.[20] Pada tahun 2000, persentase mendusin huruf yang sama melambung masing-masing sebesar 26,7% serta 38,7%.[3] melainkan itu, pada tahun 1999, negeri sebagai legal mengiakan pembelajaran dwibahasa karna beberapa besar keluarga berdialog dalam salah satu dari 5 puluh 6 bahasa lokal.[8] akan tetapi seperti itu, kayak dituturkan dalam semacam riset oleh Jaimie Bleck di ibukota Mali, Bamako, liberalisasi pembelajaran ini berdampak padatnya pelajar di sekolah lumrah serta pergerakan  ke sekolah swasta.[20] Misalnya, sebagian bagian Bamako ada lebih dari 40% pelajar yang tercatat di sekolah swasta.

Comments

Popular posts from this blog

Kelebihan Gypsum Untuk Bahan Plafon Bangunan

Apakah Bisa Kita Tidur di Changi Airport?

Harga Kambing Boer dan Manfaat Kambing Pedaging Ini - Batang Murah